Song : Maroon 5 - One More Night

Hotel - F : [★Hotel★™ FAMILY Says Welcome To My Blog.]

Saturday, September 29, 2018

1 Rekayasa Hayati ( Bioengineering atau Biological Engineering ) di Institut Teknologi Bandung ( ITB )

Rekayasa Hayati ( Bioengineering atau Biological Engineering ) di Institut Teknologi Bandung ( ITB ) adalah bidang studi interdisipliner yang berdasarkan prinsip-prinsip hukum konservasi ( massa, energi, muatan, dan momentum ) dan menggunakan pendekatan analisis, sintesis, dan desain dari ilmu keteknikan yang diaplikasikan dalam sistem biologi ( hayati ) dari molekul hingga organisme baik dari perspektif kuantitatif maupun analitis.

Secara sederhana, Rekayasa Hayati di Institut Teknologi Bandung merupakan ilmu perekayasaan lingkungan makhluk hidup agar menghasilkan produk yang diinginkan secara maksimal.

Rekayasa Hayati (Bioengineering) ITB menggunakan kurikulum (http://lp4.itb.ac.id/wp-content/uploads/Kurikulum-Induk-Rekayasa-Hayati-2013-2018-12-Agustus-2013.pdf) yang mengacu pada beberapa universitas di Amerika Serikat seperti 

  1. University of Hawai'i at Manoa (https://cms.ctahr.hawaii.edu/mbbe/Courses/BE-Courses),
  2. University of California San Diego (UCSD) (http://be.ucsd.edu/bioengineering-curriculum),
  3. Massachusetss Institute of Technology (MIT) (http://catalog.mit.edu/degree-charts/biological-engineering-course-20/),
  4. Rice University (http://www.ruf.rice.edu/~bioewhit/curriculum/Bioeng_BS_RqrmntsRevisd8-11-2003.pdf), dan masih banyak lagi. 

Namun, karena keterbatasan fasilitas, ITB belum fokus pada manusia dan hewan seperti yang dilakukan di MIT, tetapi difokuskan pada tumbuhan dan mikroorganisme.

Ruang lingkup rekayasa hayati meliputi 7F, yaitu food, feed, fine chemical, fertilization, fiber, functional food, fuel.


  1. Food (pangan)
  2. Feed (pakan)
  3. Fine Chemical (senyawa kimia murni)
  4. Fertilization (Fertilisasi)
  5. Fiber (serat)
  6. Functional Food (pangan fungsional)
  7. Fuel (bahan bakar)

Objek kajian program studi ini adalah metabolit sekunder. Metabolit sekunder diolah untuk meminimalkan limbah ( waste ) dalam suatu sistem produksi dan memperoleh nilai guna yang tinggi. Berikut beberapa contoh penerapan keilmuan rekayasa hayati :

1. Produksi tebu
Dalam suatu pabrik, produk utama tebu adalah gula. Setelah mengalami pengolahan, tentu terdapat limbah, yakni ampas tebu. Ampas tebu biasanya dibuang saja oleh orang karena dianggap tidak berguna. Sebagai Bio-engineer ( perekayasa hayati ), tentu hal ini dimanfaatkan sekali, bahkan bisa bernilai jual tinggi. Bio-engineer memandang hal ini sebagai peluang besar karena ampas tebu ini dapat diolah menjadi bioetanol yang memiliki nilai jual tinggi.

2. Produksi nanas
Produk utama kebun nanas tentu buahnya. Bio-engineer dapat memanfaatkan daun nanas yang tidak terpakai dengan mengolahnya dan menghasilkan enzim bromelain yang berguna untuk keperluan farmasi. Sisa limbah lainnya dijadikan pakan ternak dan melalui imitasi kerja perut sapi dapat dihasilkan biogas. Hal ini berarti satu nanas saja dapat menghasilkan banyak produk tentu energi dapat dihemat karena pabrik bisa memanfaatkan biogas yang dihasilkan nanas itu sendiri.

3. Produksi mikroalga
Mikroalga sangat banyak ditemukan Indonesia dan tidak dimanfaatkan. Padahal mikroalga mempunyai potensi yang besar untuk menanggulangi krisis bahan bakar fosil. Dalam hal ini, Bio-engineer berperan sebagai pengolah mikroalga menjadi biodiesel yang bernilai tinggi. Demi kelangsungan kehidupan di bumi, tentu hal ini sangat membantu memperpanjang keberlanjutan energi yang ada di bumi ini sesuai SDG (Sustainable Development Goals).